BPH Migas: Premium Bukan Penyebab Rusaknya Fuel Pump

August 19, 2010 at 2:26 am | Posted in News, Tentang Pertamina | Leave a comment

Hasil uji laboratorium yang dilakukan Lemigas membuktikan premium bukanlah penyebab rusaknya fuel pump mobil seperti yang diisukan beberapa waktu lalu.

“Secara umum Premium 88 yang diambil dari tangki timbun di pool taksi dan SPBU serta dispenser di SPBU memenuhi spesifikasi yang ditetapkan pemerintah,” ujar Kepala BPH Migas, Tubagus Haryono dalam pesan singkatnya kepada detikOto, Rabu (18/8/2010)

Namun, hasil lab terhadap sampel premium yang diambil dalam uji petik yang dilakukan BPH Migas itu juga menemukan adanya sampel bensin premium 88 yang berasal dari fuel pump mobil taksi yang keruh mengandung gum dan sulfur melebihi batas maksimum dan mengandung beberapa jenis logam (Cu, Zn, Fe, Pb).

Hasil uji lab tersebut meliputi angka oktan, tekanan uap, kandungan sulfur, berat jenis, distilasi, residu, penampakan visual, washed gum, korosi bilah tembaga, kandungan air, kandungan logam Pb, stabilitas oksidasi, kandungan oksigen, dan kandungan olefin.

Sampel-sampel tersebut diambil dari Pool taksi Gamya pondok Bambu (5 sampel), SPBU condet (2 sampel), Pool Taksi Putra Tanjung Barat (3 sampel), SPBU Tanjung Barat (2 sampel), dan SPBU MT Haryono (2 sampel). (detik.com)

Hiswana Migas: BBM di SPBU Disaring 2 Kali

July 28, 2010 at 8:13 am | Posted in News, Tentang Pertamina | Leave a comment

Kalangan pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang tergabung dalam Himpunan wiraswasta nasional minyak dan gas bumi (Hiswana Migas) menyatakan tak mungkin tangki SPBU jadi penyebab turunnya kualitas premium.

Menurut Ketua Umum Hiswana Migas, Eri Purnomo Hadi proses penyaringan atau filter di SPBU dilakukan sampai 2 kali. Mulai dari mobil pengangkut BBM ke tangki timbun, dan kedua dari tangki timbun ke pompa bensin sebelum masuk kendaraan yang mengisi BBM.

“BBM pada saat diturunkan dari truk itu melalui filter untuk menghindari masuknya kotoran ke tangki tiumbun. Dari tanki timbun ke pompa sebelum masuk kendaraan ada filter lagi,” ujarnya dalam jumpa pers di SPBU di Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (28/7/2010).

Eri mengatakan, pemeriksaan BBM dari truk pengangkut cukup ketat. Para SPBU biasa mengecek mutu BBM yang dikirim terlebih dahulu dengan membandingkan density BBM tersebut.

“Apabila perbedaannya lebih dari 0,5 maka SPBU berhak menolak BBM yang dikirim. Lalu tiap BBM yang diterima, SPBU selalu menimpan sampelnya,” ujar Eri.

“SPBU juga memeriksa tangki tiap 2 jam setelah penerimaan BBM. Pagi hari juga dicek kadar air dalam tangki, jadi tidak ada tanki yang kotor. Dari 4.600 SPBU di Indonesia itu selalu diaudit sebulan sekali untuk cek kondisi tangki. Jadi pernyataan pemerintah tak beralasan,” tukasnya.
(detik.com)

Hiswana Migas Bantah Fuel Pump Mobil Rusak Karena Tangki SPBU Kotor

July 28, 2010 at 7:43 am | Posted in News, Tentang Pertamina | Leave a comment

Kalangan pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang tergabung dalam Himpunan wiraswasta nasional minyak dan gas bumi (Hiswana Migas) menepis dugaan kerusakan fuel pump kendaraan disebabkan kotornya tanki di SPBU.

“Buktinya tidak semua kendaraan yang mengisi di SPBU tersebut mogok,” ujar Ketua Umum  Hiswana Migas, Eri Purnomo Hadi saat dihubungi detikFinance, Rabu (28/7/2010).

Lagipula, lanjut Eri, di setiap dispenser pump SPBU sudah ada filter penyaring BBM. Jika tanki timbun BBM di SPBU kotor maka akan terkena lebih dulu dispensing pump SPBU dan akan macet lebih dulu terus rusak.

Eri menjelaskan, berdasarkan hasil pengecekan di lapangan menunjukkan sampai saat ini belum ditemukan fakta yang menjurus ke arah kualitas maupun tanki yang kotor.

“Jadi secara logika jika masalah nya dikaitkan dengan SPBU sungguh tidak masuk akal dan berlebihan. Karena  kalau masalahnya BBM di  SPBU logikanya semua mobil yang mengisi BBM di SPBU tersebut harus rusak atau mogok mobilnya. Kenyataannya fuel pump rusak hanya terjadi pada mobil tertentu dan mengisi secara acak di semua SPBU,” tegasnya.

Dugaan fuel pump rusak karena tangki SPBU yang kotor sebelumnya dilontarkan Dirjen Migas ESDM Evita Legowo. Ia menduga kerusakan fuel pump karena tangki SPBU yang kotor karena berdasarkan hasil uji sementara dari sejumlah SPBU menunjukkan premium yang dijual sudah sesuai spek.

Dihubung secara terpisah, Kepala Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas),  Tubagus Haryono menyatakan pihaknya telah melakukan uji petik terhadap sampel BBM jenis premium di Pool Taxi Gamya Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Hasil sementara uji petik tersebut menunjukkan premium yang dari tangki timbun (Buttom to top) memiliki RON 89,9  dan berwarna kuning keruh.

Sementara untuk sample premium yang diambil dari Nozzle Dispenser, justru memiliki RON yang lebih tinggi yaitu  90,3 dengan warna kuning jernih. Sedangkan, dari saringan Fuel Pump Mobil yang Mogok, nilai RON menurun drastis ke level 88,1 dan berwarna hitam gelap.

“Dari pemeriksaan RON ternyata masih memenuhi spek. Selain itu, kami juga melakukan pemeriksaan secara acak dari SPBU di Condet,” ungkapnya.

Tubagus menambahkan, untuk memperkuat hasil sementara uji petik tersebut, pihaknya akan bekerjasama dengan Lembaga Minyak dan Gas bumi (Lemigas) untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai impurities (kotoran) yang ada dalam BBM tersebut.

“Nanti hasilnya akan diketahui dalam waktu satu minggu,” tambahnya. (detik.com)

Pengusaha Tak Setuju SPBU Baru Hanya Jual BBM Non Subsidi

July 28, 2010 at 7:17 am | Posted in Tentang BCS, Tentang Pertamina | Leave a comment

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengusulkan agar SPBU baru hanya menjual BBM non subsidi. Ide ini ditolak oleh pengusaha SPBU yang tergabung dalam Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas).

Menurut Ketua Umum Hiswana Migas, Eri Purnomohadi, saat ini pasar untuk BBM non subsidi masih di bawah 5 persen dan pembelinya paling banyak berada di kota-kota besar yang pendapatan per kapitanya tinggi sehingga ide BPH Migas tidak bisa ditetapkan secara nasional.

Lagipula BBM jenis ini juga hanya bisa diserap oleh kendaraan-kendaraan memiliki cc atau kapasitas besar.

Untuk itu, jika SPBU baru diminta hanya menjual BBM non subsidi, maka dipastikan tidak ada pengusaha yang mau berinvestasi untuk membangun SPBU baru.

“Kalau di Jakarta pun, paling ini hanya bisa diterapkan di kawasan segitiga emas seperti Sudirman dan Kuningan. Dengan kondisi ini, tidak ada yang berani lagi bangun SPBU karena investasi tanah mahal dan pasarnya juga kecil. Kalau begitu kapan balik modalnya?” jelas Eri saat berbincang dengan detikFinance, Senin (26/7/2010).

Eri menilai, jika SPBU baru hanya diperbolehkan menjual Pertamax Cs, justru SPBU-SPBU lama akan sangat diuntungkan karena mereka akan diburu para pemakai premium dan solar.

“Misalnya ada SPBU baru di Menteng yang cuma jual Pertamax CS, itu akan sulit berkembangkan karena para calon pembelinya akan pergi SPBU di Manggarai, Kramat Raya, atau Cikini yang lokasinya dekat dengan SPBU itu,” paparnya.

Untuk itu, ia meminta kepada BPH Migas untuk segera membuat kajian mendalam, jika usulan ini benar-benar akan diterapkan.

“Kalau pasarnya kecil, bisa saja dikasih insentif yang besar atau marginnya harus dilebihkan supaya para pengusaha juga bisa mendapatkan return seperti yang diharapkan,” paparnya. (detik.com)

Pertamina ajak ATPM dalami kasus fuel pump

July 27, 2010 at 4:30 am | Posted in News, Tentang Pertamina | Leave a comment

PT Pertamina (Persero) meminta Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) untuk mendalami bersama masalah kerusakan fuel pump pada kendaraan mobil yang diduga diakibatkan oleh penurunan spesifikasi bensin yang dijual perusahaan pelat merah tersebut.

“Mohon kami dan ATPM sama-sama mendalami [masalah kerusakan tersebut]. Berdasarkan spesifikasi, pada dasarnya hasil pengujian menunjukkan bensin RON 88 sudah bagus dan sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan Ditjen Migas,” kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Djaelani Sutomo kepada Bisnis hari ini.

Vice President Pemasaran BBM Ritel Pertamina Denny Wisnuwardhani mengatakan saat ini perusahaan sudah melakukan uji sampel terhadap 14 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah Jabodetabek.

Berdasarkan uji sampel di 5 SPBU di Jatibening, yang diduga menjadi area pertama munculnya dugaan pemasaran bensin RON 88 di bawah spesifikasi, diketahui produk yang dipasarkan di atas spesifikasi sesuai Keputusan Dirjen Migas 3674 K/24/DJM/2006 tentang Standar dan Mutu BBM Jenis Bensin yang dipasarkan.

“Begitu ada kabar di Internet mengenai keluhan kualitas Premium kami sebar orang-orang [untuk melakukan uji sampel]. Hasil pengujiannya RON di atas 88 semua. Jatibening ada 5 SPBU. Isu pertama kan di sana, clear on spec semua. Sekarang di seluruh area di Jabodetabek sudah dilakukan cek secara acak sebanyak 14 SPBU,” katanya.

Denny mengatakan pengecekan sebenarnya telah dilakukan sejak dari kilang, depot, tanki sampai akhirnya dicurahkan di SPBU. Di setiap titik tersebut, katanya, diambil sampling untuk diuji cepat.

Berdasarkan sertifikat pengujian yang sudah ada, diketahui nilai kandungan sulfur Premium hanya 0,01—0,03 atau setara 100—300 ppm, yang lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan spesifikasi yang ditetapkan Ditjen Migas, yaitu 0,05 atau setara 500 ppm. Adapun, melalui pengujian yang sama rata-rata nilai oktan Premium mencapai 89 atau lebih tinggi dari ketentuan, yaitu 88.

Sebelumnya, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo mengatakan ada kemungkinan kerusakan terjadi akibat mobil-mobil pengguna bensin RON 88 sebelumnya menggunakan bensin RON 90. Kemungkinan tersebut, katanya, karena untuk memenuhi kebutuhan bensin RON 88, Pertamina harus mengimpor yang biasanya memiliki spesifikasi lebih tinggi.

“RON 88 itu kita kan terbatas. Jadi untuk itu diperoleh dari impor yang bisa jadi memiliki RON lebih tinggi walaupun itu dihitungnya tetap RON 88. Tetapi, mungkin yang rusak itu karena mereka benar-benar menggunakan RON 88 saat ini,” katanya.

Ditanya mengenai hal itu, Djaelani tidak menjawab pertanyaan Bisnis. Namun, dia mengatakan memang terdapat perbedaan spesifikasi teknis antara RON 88 dan 90.

“Banyak sekali perbedaannya selain RON, sulfur, gum, juga distiliasi,” katanya. (bisnis.com)

Pertamina Uji Mutu Premium di Beberapa SPBU

July 23, 2010 at 2:58 am | Posted in News, Tentang BCS, Tentang Pertamina | 1 Comment

Untuk menepis isu terkait penurunan mutu bahan bakar minyak jenis bensin, PT Pertamina melaksanakan uji sampel premium dari sejumlah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hasil uji sampel itu menunjukkan, premium Pertamina telah memenuhi spesifikasi standar.

Menurut Sekretaris Korporat PT Pertamina Toharso dalam jumpa pers, Kamis (22/7/2010) di Jakarta, premium Pertamina telah memenuhi spesifikasi standar. Hal ini sesuai Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 3674 Tahun 2006 tentang standar dan mutu (spesifikasi) BBM jenis bensin yang dipasarkan di dalam negeri.

”Pada 20 Juli, Pertamina telah melakukan uji sampel premium dari sejumlah SPBU Pertamina di sekitar Jabodetabek yang dilakukan di laboratorium. Hasilnya menunjukkan, premium Pertamina memenuhi spesifikasi standar,” ujarnya. Pihaknya juga mempersilakan jika ada konsumen maupun agen tunggal pemegang merek (ATPM) hendak memeriksakan mutu premium di laboratorium.

Secara prosedur, perseroan itu mengklaim telah menerapkan standar pemantauan mutu secara berkala dari hulu ke hilir pada rantai transportasi dan penyimpanan BBM. Pemantauan mutu berlapis hingga 8 kali, mulai dari pengolahan di depot, penyimpanan di depot, saat premium akan masuk ke SPBU, hingga sebelum dijual kepada konsumen.

Vice President Pemasaran BBM Ritel Pertamina Denni Wisnuwardani menyatakan, pihaknya akan menindak tegas SPBU yang terbukti menjual bensin tidak murni atau oplosan. ”Dulu dikenal pemutusan hubungan usaha. Sekarang operasinya diambil alih Pertamina. Pelaku pengoplosan juga bisa dijatuhi sanksi hukum,” kata Denni.

Hingga kini perseroan itu terus melakukan uji laboratorium atas sampel BBM, mulai dari depot, mobil tangki, sampai di SPBU. Sejak isu mutu premium tak bagus, pihaknya telah mengecek 14 SPBU, 5 SPBU di antaranya bersih, sesuai spesifikasi, sedangkan sisanya masih diuji di laboratorium.

Sejauh ini, pihaknya belum menerima keluhan secara langsung dari teknisi perusahaan taksi Blue Bird terkait mutu premium yang diduga mengakibatkan kerusakan pada pompa bahan bakar taksi. ”Mereka tidak secara langsung menyatakan kerusakan itu karena BBM,” ujarnya.

Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Evita H Legowo menyatakan, pihaknya memiliki tim yang secara berkala melaksanakan pemeriksaan mutu premium secara acak. ”Jika tidak sesuai spesifikasi, harus ditarik dan tidak boleh dijual,” katanya.

Terkait isu penurunan kualitas premium Pertamina, menurut Evita, pihaknya berkoordinasi dengan Pertamina. Dalam waktu dekat, pemerintah akan mengambil contoh premium secara acak dan memeriksa mutu dengan melibatkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Hal ini diharapkan dapat memulihkan kepercayaan konsumen terhadap premium Pertamina yang selama ini dipasarkan di dalam negeri.

Secara terpisah, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Joko Trisanyoto mengatakan, ”Keluhan pelanggan sekecil apa pun tetap menjadi perhatian TAM. Kejadian ini sangat mendadak. Tenaga teknis TAM sedang berupaya mengumpulkan fakta di lapangan dan hasilnya akan dilaporkan kepada Toyota Motor Corporation.”

Pihak TAM sendiri menyatakan, permintaan suku cadang fuel pump atau pompa bahan bakar dalam dua bulan terakhir melonjak empat kali lipat. Biasanya, permintaan suku cadang ini hanya 50-80 unit per bulan.

Menyangkut reputasi ATPM yang telah dikenal luas, pihak Toyota dipastikan akan mengungkapkan secara terbuka apabila kasus itu merupakan kesalahan produksi. (Kompas.com)

BPH Migas: Kualitas Premium Takkan Diturunkan Demi Pertamax

July 22, 2010 at 3:44 am | Posted in Informasi, News, Tentang BCS, Tentang Pertamina | Leave a comment

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH MIgas) menyatakan Pertamina tidak mungkin menurunkan kualitas premium yang dijual untuk mendorong agar masyarakat untuk beralih menggunakan pertamax.

“Pemerintah tidak akan lakukan hal itu.  Kalau lakukan itu, pasti akan terbuka dan Pertamina juga tidak mungkin melakukannya,” ujar Kepala BPH Migas Tubagus Haryono saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (21/7/2010).

Tubagus mengaku, hingga kini BPH Migas masih belum mendapatkan laporan dari konsumen pengguna premium soal adanya penurunan kualitas tersebut.

“Kalau misalnya itu terjadi karena penyalahgunaan atau penyimpangan, tolong lapor ke BPH Migas. Kita tidak dapat laporan masyarakat , kita punya SMS center nomornya 3477. Kalau sudah ada laporan kami akan turunkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk cek dengan mobil lab,” jelasnya.

Sementara itu, Vice President Communication Pertamina, Basuki Trikora  juga membantah jika BUMN Migas tersebut telah  menurunkan kualitas premium agar masyarakat beralih ke Pertamax.

“Nggaklah, Pertamina tidak berkepentingan untuk itu. Kalau itu dilakukan, berarti yang diuntungkan justru bukan Pertamina tapi perusahaan lain yang juga menjual BBM non subsidi. Lagipula kami jual Pertamax dan Pertamax Plus itu kan supaya masyarakat punya banyak pilihan,” paparnya.

Ia memastikan BBM yang dijual dari depot BBM Pertamina sudah sesuai dengan spesfikasi yang ditetapkan Direktorat Jenderal  Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas). Kualitas BBM bersubsidi yang dijual juga telah dikontrol oleh pemerintah untuk menjaga mutu BBM Pertamina melalui rangkaian quality control dengan melakukan completed test mulai dari kilang sampai ke instalasi atau depot BBM.

Sementara di instalasi atau depot daily dilakukan short test dan penerimaan di SPBU juga dilakukan short test. Pertamina patuh terhadap quality control yang harus dilakukan sebagai bagian pelaksanaan standard operating prosedur.

“Keluhan konsumen agar dicermati dari aspek teknis material/spare part yang ada dan tidak menjadi domain Pertamina,” jelasnya.

Seperti diketahui, sejumlah mobil diketahui mengalami kerusakan fuel pump. Hal itupun lantas memicu kekhawatiran Pertamina telah menurunkan kualitas premium sehingga masyarakat akhirnya terdorong menggunakan Pertamax. Pemerintah sendiri sejauh ini mulai khawatir karena konsumsi BBM bersubsidi termasuk premium dan solar terus meningkat sehingga bisa mengakibatkan tambahan subsidi.

BPH Migas memperkirakan konsumsi  bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar pada tahun 2011, akan melonjak 3-4 persen dari proyeksi konsumsi pada tahun 2010, jika konsumsi BBM bersubsidi tidak dibatasi.

“Untuk premium dan solar naik sekitar 3-4 persen pada tahun depan karena ekonomi terus tumbuh,” ujar Tubagus.

Sebelumnya, BPH Migas memperkirakan konsumsi BBM di tanah air pada tahun 2010 akan membengkak sebesar 40,1 juta KL, di mana konsumsi pemium diperkirakan mencapai 3,3 juta KL, konsumsi solar sekitar 13,1 juta KL pada tahun ini.

Namun kalau dilihat dari kuota keseluruhan, bisa saja turun karena konsumsi minyak tanah juga turun seiring dengan keberhasilan program konversi minyak tanah ke elpiji 3 Kg.

Hal ini terlihat dari perkiraan dari BPH mengenai konsumsi minyak tanah yang akan turun 17,28% dari realisasi konsumsi minyak tanah pada tahun 2009 sebesar 4.593.579 KL menjadi 3,8 juta KL di tahun ini.

“Kalau kuota keseluruhan bisa saja turun karena minyah tanah konsumsinya juga turun,” jelasnya. (www.detik.com)

Kalau Premium Jelek, Jakarta Macet Total

July 22, 2010 at 2:18 am | Posted in Informasi, News, Tentang Pertamina | Leave a comment

Pertamina yang selama ini menjual bensin Premium tetap keukeh kalau tidak ada yang salah dengan Premium yang selama ini mereka jual. Premium pun sudah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah.

Jadi Pertamina pun menilai isu Premium yang membuat rusak fuel pump dianggap Pertamina tidaklah berdasar. Karena mereka telah lama menjual bensin dengan kadar oktan 88 ini dan sudah jutaan kilo liter Premium yang mereka pasarkan, kalau memang Premium bermasalah pasti dari dulu sudah terdeteksi.

“Dan kalau sekarang Premium kita bermasalah, harusnya coba dipikirkan berapa juta kiloliter Premium yang kita jual, kalau itu bermasalah, Jakarta pasti macet total karena mobil yang pakai Premium mogok semua,” ujar Vice President Communication Pertamina, Basuki Trikora Putra kepada detikOto, Rabu (21/7/2010).

Lebih lanjut Trikora menjelaskan kalau Premium yang dijual Pertamina saat ini adalah jenis bahan bakar yang spesifikasi dan kandungannya sudah ditentukan oleh BP Migas.

“Mana berani kita jual Premium yang tidak sesuai dengan ketentuan BP Migas. Bisa kena penalti kita,” tegasnya.

Karena itulah Trikora menyarankan agar semua pihak terutama konsumen bisa mencermati isu ini dengan kepala dingin dan jangan langsung menuding kualitas Premiumlah yang menjadi penyebab jebolnya fuel pump sebuah mobil.

“Banyak faktornya. Karena itu jangan langsung tuding,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan ada fenomena aneh yang terjadi belakangan ini dimana banyak sekali fuel pump mobil yang mengkonsumsi Premium jebol. Jebolnya fuel pump itu diduga akibat Premium yang kotor. Premium diduga mengandung kadar belerang yang lebih tinggi.

Kotornya Premium tersebut membuat mampet saringan depan fuel pump yang membuat asupan bensin menjadi sedikit. Inilah yang ditengarai membuat bagian dalam fuel pump menjadi cepat panas dan akhirnya jebol.

Namun konsumen menurut Trikora harusnya tidak langsung menuding Premium milik Pertamina yang menjadi penyebab kerusakan fuel pump.

“Coba tanya bengkel, coba tanya konsumen bagaimana kebiasaan mereka merawat kendaraan. Jangan langsung salahkan kami dong, itu tidak fair. Teliti dulu, jangan langsung tuding,” keluh Trikora. (www.detik.com)

Pemerintah Belum Siap Jalankan Pembatasan BBM Bersubsidi

July 21, 2010 at 2:58 am | Posted in Informasi, Tentang Pertamina | Leave a comment

Pemerintah dinilai belum siap menjalankan kebijakan pembatasan BBM untuk kendaraan mobil pribadi seperti yang telah direncanakan. Karena, infrastruktur dan SDM yang dimiliki belum memadai.

Demikian disampaikan oleh Ketua Umum DPP Hiswana Migas Eri Purnomohadi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (20/7/2010).

“Kita belum siap secara infrastruktur, secara SDM juga belum siap. Kalau itu dibatasi lagipula apa kompensasinya, karena yang namanya pengusaha, kalau investasinya return-nya harus jelas. Lagipula ada sosialiasasi dan pelatihan-pelatihan ke operator,” ujarnya.

Eri meminta agar pemerintah tidak terburu-buru dalam menjalankan sebuah kebijakan. Sehingga hasilnya dapat memuaskan, tidak seperti kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji yang hasilnya berantakan sampai saat ini.

“Hiswana juga belum mendapatkan penjelasan yang komprehensif dari pemerintah. Tidak segampang itu melakukan pembatasan terhadap mobil-mobil yang diproduksi di atas tahun 2005,” jelas Eri.

Sebelumnya, Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh mengatakan pemerintah akan membatasi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bagi mobil pribadi yang diproduksi di atas tahun 2005.

Jika diterapkan mulai September, pembatasan ini ditargetkan bisa menghemat subsidi dalam APBN-P 2010 sebesar 2,3 juta kiloliter. (www.detik.com)

Premium Merusak Mobil, Bentuk Kampanye Hitam Buat Pertamina

July 21, 2010 at 2:37 am | Posted in Informasi, News, Tentang BCS, Tentang Pertamina | Leave a comment

Sejumlah mobil ditemukan mengalami kerusakan pompa bensin (fuel pump) karena menggunakan bahan bakar premium. Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) selaku wadah pengusaha SPBU rekanan PT Pertamina (Persero) menduga adanya black campaign dari kompetitor Pertamina

“Jangan-jangan ini black campaign dari kompetitor Pertamina dengan cara-cara yang tidak sehat,” ujar Ketua Umum DPP Hiswana Migas, Eri Purnomohadi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (20/7/2010).

Eri menduga para pesaing Pertamina tersebut ingin mengambil jatah BBM bersubsidi yang selama ini disalurkan oleh PT Pertamina (Persero). Apalagi saat ini, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) tengah membuka tender distributor BBM bersubsidi jatah tahun 2011.

“Mereka mau ambil jatah BBM bersubsidi. Mereka harusnya tahu bahwa menyalurkan BBM bersubsidi tidak hanya untuk mencari keuntungan, tapi ada tanggung jawab sosial di sana,” jelas Eri.

Ia juga menjamin spesifikasi premium dan solar yang disalurkan Pertamina melalui SPBU-SPBU-nya, karena seluruh BBM yang dijual sudah melalui quality control sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas).

“Untuk BBM itu kan dari kilang pengolahan Pertamina ke depot, Pertamina selalu mengadakan sampling untuk mengecek kualitasnya. Begitu pun premium dan solar yang dibawa dari depot ke SPBU itu juga selalu disampling. Bahkan untuk BBM yang dijual di SPBU, setiap pagi sebelum dijual, Pertamina juga tetap memeriksa kualitasnya agar tetap sesuai dengan spefikasi yang ditetapkan pemerintah,” paparnya.

Untuk itu, para pengguna premium dan solar tidak bisa menyalahkan kerusakan pada fuel pump mobil tersebut karena kualitas premium dan solar yang digunakan.

“Jangan begitu saja menyalahkan kualitas BBM-nya. Fuel pump itu kan tidak bisa langsung rusak begitu saja, ada prosesnya. Bisa saja kualitas fuel pump-nya yang bermasalah,” tambahnya. (www.detik.com)

Next Page »

Blog at WordPress.com.
Entries and comments feeds.